Selasa, 13 September 2011

DI UJUNG CURUK SEBUAH TELUK

Malam itu ……..
Di ujung curuk sebuah teluk, pada sela bebatuan karang, aku terdiam menatap rembulan pada sepenggal malam, nikmati nyanyian ombak ditepian pasir putih yang lembut.

Aku tenggelam dalam angan, sembari susuri tepian khayal dalam lamunan bisu. Desahan yang panjang mengawali hatiku bicara pada jiwaku.....

Tuhan........”
Aku yang hidup pada BUMI-Mu hanya bisa terpaku menatap rembulan.... kau beri aku hidup beserta perniknya.....dan malam ini aku coba nikmati itu semua....”

Sementara gemuruh riak gelombang dilaut lepas ..dibalik bukit teluk itu semakin jelas terdengar ditengah kesunyian malam yang terasa semakin dingin...dan bulan yang tidak lagi sempurna itu terkadang hilang dibalik awan, sunyi pada bukit kecuali ilalang yang berdesir dihempas angin malam dan riak kecil gelombang yang terhempas...

Dikejauahan kadang terlihat kerlip lampu perahu nelayan..dan dikaki bukit sana... tampak menghitam pada rumpun bakau yang teduh. Ada sesuatu yangn tiba-tiba meronta dari dasar hati yang kemudian menerpa jiwa pada bisa kenangan yang terkadang menghimpit pada angan yang melintasi padang sabana hati dan mengembara bersama mimpi sembari mencoba menggapai pesona nurani yang terkadang hadir bagai rona mentari senja yang lantas hilang saat malam tiba.

Dan sunyi malam ini selaksa pesona dari malam yang semakin sunyi. Namun terasa ada bianglala yang bergayut pada angkasa hati. Dan serasa ada lautan seribu shymponi yang hadir bersama nyanyian ombak disela karang bisu.

Malam kian larut, dan rembulan itu masih saja tersaput mega, kesunyian semakin lekat menyapa. Bayangan nurani hari-hari yang lalu semakin terang terlintas bagai lintasan mega yang menghalangi teduhnya rembulan itu....

Terkadang ada tanya yang terlintas dalam angan tentan perjalanan kehidupanku hingga aku bisa ada dipantai ini. Dan getar hatiku pun terkadang seakan seperti getar pasir putih yang terhempas gelombang. Namun ......akankah ketegaran karang itu bisa aku miliki dalam meniti hati.........?

Sementara derai badai terus menghempas hatiku yang terkadang seperti burung yang kehilangan sayapnya atau bahkan seperti mentari yang tersaput mendung. Lantas.... kucoba untuk tumpahkan perasaanku pada bisunya malam sambil mengais damai disela-sela waktu yang tersisa. Di sela kisi malam yang dingin.

Sejenak kubersandar pada batu karang dan aku mulai tersadar dari lamunanku. Namun bayangan itu masih jelas terlihat. Sosok yang tak asing lagi di pelupuk mataku. Sosok yang selalu hadir pada setiap hari-hari ku. Kini terhempas pada dinding telaga. Aku hanya bisa tertunduk danmemandangi tubuhku serta jiwaku yang lusuh.


Tapi aku ingin meraih sapa rembulan yang pucat terselip sebuah kerinduan yang selalu mencekam hatiku. Aku terkenang saat bersama dalam rengkuhan hari pada setiap sapa kejauhan.

Kebersamaan menepis jarak pada batas bumi yang terpisah. Dan kini sapa waktu berjalan sendiri bersama bayanganku dalam bias cahaya kenangan.

Kembali aku terdiam, terpaku....mengais pasir putih dengan sentuhan jari jiwaku. Entah apa yang terukir disana. Tak ada yang tahu....bahkan aku sendiri tidak mengerti apa yang saat itu tergores dengan indah..................

Tuhan ....... Benarkah keindahan itu ada.......? dan akan menjadi kenangan.........?
Atukah kini deru ombak tak lagi sebuah nyanyian indah dikala malam sunyi. Tidakkah gemericik air disela bebatuan karang dan nyanyian burung pada pagi hari menjadi shymponi lagi............?

Tuhan.......Engkau tentu tahu makna semua rahasia hati ini....katakan pada jiwaku ini wujud dari hati yang merindu dan telah mencintai seseorang.......
Agar aku bisa berkelana sampai pada batas cakrawala dan temukan makna dari ketulusan hati pada kasih sayang yang sesungguhnya..

Anganku kian melambung, berlabuh pada pelabuhan cahaya rembulan yang pucat. Sementara bias bayangan malam semakin jelas dalam pelupuk khayal. Seolah bercanda dengan hati yang terseret pada pesona kenangan.

Namun sejuta rindu terlintas pada keteduhan bersenandung bersama hati. Malam yang sunyi..... tapi Indah terasa.................pada bias jiwa yang damai dalam rindu.....

Sunyi malam ini seolah bercerita tentang segala makna hati yang merindu. Bahasa Malam ini seolah berkata ” DI BALIK TIRAIKU ADA PESONA BAGI SESEORANG YANG HADIR PADA KELEMBUTAN NURANI ”

Bahasa bisuku mungkin hanya bisa dimengerti oleh tiupan angin, oleh pasir putih, oleh bahasa malam, tempat aku berdiri sekarang ini. Dan hempasan ombak yang meronta pada jiwa. Kenangan, rindu ini berangkali hanya dapat di mengerti oleh goresan nurani.

Dan bias pucat cahaya rembulan telah memperjelas goresan nama yang terhampar selimuti malam yang teduh...........

Adalah.............


__ooOOoo__

Tidak ada komentar:

Posting Komentar