Rabu, 21 Maret 2012

NEOPLASMA


KOSEP DASAR PENYAKIT.

Pengertian.
Secara harfiah osteosarkoma berasal dari kata “Osteom” yang berarti tulang, sedangkan “sarkoma” merupakan nama yang diberikan untuk neoplasma ganas yang berasal dari jaringan penyokong, jadi osteosarkoma dapat diartikan sebuah neoplasma/tumor ganas yang terjadi pada tulang.
Sifat-sifat neoplasma ganas.
1)      Neoplasma ganas umumnnya tumbuh lebih cepat dan hamper selalu tumbuh secara progresif
2)      Sel neoplasma ganas tidak sekohesif sel jinak
3)      Pola penyebaran neoplasma ganas sering kali sangat tidak teratur.
4)      Neoplasma ganas cendrung tidak berkapsul dan biasanya merka tidak mudah dipisahkan dari sekitar seperti neoplasma jinak
5)      Kenyataannya neoplasma ganas menyerbu masuk kesekitar mereka bukan mendesak mereka kesamping. Sel-sel ganas apakah dalam kelompok, benang atau tunggal kelihatannya mencari jalan kejaringan sekitarnya dengan cara destruktif.
Sel-sel neoplasma ganas berploriferasi mampu untuk melepaskan diri dari tumor induk (tumor primer) dan memasuki sirkulasi untuk menyebar ke tempat lain.
Patofisiologi
-          Pada tumor ini terjadi pembentukan jaringan osteoid dan jaringan tulang baru oleh sel tumor
-          Kanker ini menghasilkan sel-sel tulang yang menyerbuk kanal medular tulang dan menyebar dengan cepat pada sekeliling jaringan.
-          Daerah femur distal adalah yang sering dan dibarengi adanya lesi di sekeliling lutut dan bahu. Kira-kira 10-20% klien, dengan metastase menyebar ke paru.
-          Walaupun penyebab osteosarcoma belum diketahui jelas, terapi radiasi pada penyakit lain dapat dihubungkan kemudian tendensi yang terlihat adalah faktor genetik.
-          Kira-kira 10-20% klien dengan metastase, prognosisnya buruk.
-          Gejala penyakit biasanya dengan atribut pada ekstremitas yang mengalami injury dan nyeri bersamaan dengan pertumbuhan tumor tulang
Komplikasi :
-          Metastase paru
-          Fraktur patologi
-          Prognosis buruk apabila dengan metastase
Etiologi
-          Penyebab secara pasti belum diketahui
-          Biasanya berhubungan dengan penyakit paget, faktor genetik
-          Terapi radiasi pada penyakit lain
Manifestasi klinis
-          Nyeri yang intermittent (sebentar-sebentar)
-          Teraba massa
-          Daerah yang terkena terasa berat
-          Keterbatasan pergerakan
-          Fraktur patologi
-          Meningkatnya LDH (Lactic dehydrogenase)
Pemeriksaan diagnostik
-          Foto rontgen: area yang terkena dan dada
-          CT scan dan MRI atau scan tulang
-          Pemeriksaan darah rutin
-          Kimia ; serum alkaline phosphatase dan LDH
Panatalaksanaan Terapeutik
-          Pembedahan dengan amputasi
-          Chemotherapy untuk membunuh sel tumor


KOSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
-          kaji riwayat injury pada tulang yang terlibat dan gangguan rasa nyaman dan nyeri
-          kaji adanya kemerahan, hangat dan tenderness pada area yang sakit
-          kaji aktifitas klien
Diagnosa Keperawatan
  1. Nyeri berhubungan dengan adanya tumor
  2. takut dan cemas berhubungan dengan prognosis penyakit kanker dan hilangnya pada salah satu bagian extremitas atau amputasi
  3. Gangguan citra tubuh berhubngan dengan hilangnya salah satu tungkai atau gangguan anggota ekstremitas
  4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hilangnya tungkai atau gangguan pada ekstremitas dan amputasi
Perencanaan
  1. Klien merasakan nyeri berkurang
  2. Klien dan Keluarga akan mengekspresikan rasa takut dan cemas berhubungan dengan pembedahan dan diagnosa
  3. Klien akan bersosialisasi kembali
  4. Klien dapat beradaptasi walaupun adanya gangguan fisik yaitu dengan bantuan dan kembali untuk beraktifitas
  5. Klien dan keluarga secara verbal memahami proses penyakit dan penatalaksanaan tarapi
Implementasi
  1. Penatalaksanaan Terapi
-          Kaji nyeri dengan menggunakan skala
-          Berikan pengaturan posisi
-          Lakukan diversional, sentuhan, komunikasi terapeutik
-          Pemberian terapi nyeri secara teratur sesuai program
-          Jika ada amputasi, jelaskan adanya nyeri dan yakinkan pada klien bahwa kondisinya akan normal dan temporer
  1. Mengurangi rasa takut dan cemas
-          Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang diagnosa dan pembedahan
-          Jelaskan pada klien secara intensif tentang prosedur yang dilakukan; misalkan ikutkan klien untuk mendengarkan suara parunya dengan stetoskope bila ada kelainan lain misalnya adanya metastase ke paru yang mengakibatkan edema paru dan harus dilakukan fungsi atau WSD (water seal drainage), jelaskan adanya perbedaan suara paru, yang normal dan abnormal. Ini harus dijelaskan pada klien bahwa WSD akan dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi rasa sakit di dada atau sesak dan mengeluarkan cairan.
-          Ajarkan untuk mengekspresikan rasa takut dan cemas secara verbal
-          Ajarkan perawatan sebelum operasi
  1. Meningkatkan citra tubuh yang positif
-          Ajarkan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya tentang amputasi
-          Jelaskan gambaran diri yang positif dengan mendiskusikan bahwa prosthesis permanen akan dilakukan.
-          Libatkan klien dalam perawatan dirinya
-          Ajarkan pada klien untuk berinteraksi dengan orang lain
-          Libatkan keluarga untuk partisipasi dalam perawatan
  1. Meningkatkan mobilitas fisik
-          Ajarkan perawatan mandiri
-          Lakukan ambulasi dini dengan alat bantu jalan
-          Siapkan klien untuk banyak melakukan ambulasi dengan terapi fisik
-          Tingkatkan proses penyembuhan luka dengan nutrisi yang adekuat, dan jaga kebersihan luka pembedahan secara steril
  1. Berikan pengajaran pada klien dan keluarga
-          Kaji tingkat pengatahuan tentang penyakit dan rencana pengobatan
-          Jelaskan semua prosedur untuk persiapan rehabilitasi dengan protheisis dan chemoterapy
-          Jelaskan persiapan dan pengajaran sebelum operasi

Perencanaan pemulangan
-          Instruksikan secara tertulis atau verbal tentang aktivitas yang akan dilakuakn dirumah
-          Ajarkan cara merawat daerah pembedahan
-          Jelaskan tanda dan gejala infeksi dan segera untuk lapor ke dokter atau perawat
-          Tekankan pentingnya kontrol ulang (follow up)

BBLR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BBLR
( BERAT BADAN LAHIR RENDAH )

A.    KONSEP DASAR BERAT BADAN LAHIR RENDAH
1.      Pengertian
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram.
 Dahulu bati baru lahir yang berat badan lahir kurang atau sama dengan 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres “ Euripean Perinatal medicine ke II di London (1970)” telah disusun defenisi sebagai berikut :
a.       Bayi kurang bulan : bayi dngan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
b.      Bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai sengan 42 minggu (259-293 hari)  
c.       Bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih)
Dengan pengertian diatas maka bayi dngan brat badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu : prematuritas dan dismaturitas.
Prematuritas adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, atau disebut Neonatus kurang bulan- sesuai masa kehamilan (NKB – SMK).
Dismatur adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan. Dismatur dapat terjadi dalam pretem - term dan post term. Dismatur ini dapat disebut juga : Neonatus jurang bulan, kecil untuk masa kehamilan (NKB – KMK). Neonatus cukup bulan-kecil masa kehamilan (NCB – KMK), neonatus lebih bulan-kecil masa kehamilan (NLB - KMK).

 2.      Etiologi
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa factor yaitu : 
1)      Factor Ibu
a.       Penyakit
1.      Toksemia gravidarum
2.      Perdarahan antepartum
3.      Trauma fisik dan psikologis
4.      Nefritis akut
5.      Diabetes militus
b.      Usia Ibu
1.      Usia < 16 tahun
2.      Usia > 35 tahun
3.      Multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
c.       Keadaan Sosial
1.      Golongan sosial ekonomi rendah
2.      Perkawinan yang tidak sah
d.      Sebab Lain :
1.      Ibu yang perokok
2.      Ibu peminum alkohol
3.      Ibu pecandu narkotik
2)      Factor janin
a.       Hidramnion
b.      Kehamilan ganda
c.       Kelainan kromosom
3)      Factor lingkungan
a.       Tempat tinggal didataran tinggi
b.      Radiasi
c.       Zat-zat racun
 ng dari 2500 gram, PB kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm.
2.      Masa gestasi kurang dari 37 minggu
3.      Kulit tipis dan transparan, nampak mengkilat dan licin
4.      Kepala lebih besar dari badan
5.      Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan
6.      Lemak subkutan kurang
7.      Ubun-ubun dan sutura lebar
8.      Rambut tipis, halus
9.      Tulang rawan dan telinga immature
10.  Putting susu belum terbentuk dengan baik
11.  Pembuluh darah banyak terlihat, peristaltic usus dapat terlihat
12.  Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita), testis belum turun (pada laki-laki).
13.  Bayi masih posisi fetal
14.  Otot masih hipotonik
15.  Pergerakan kurang dan lemah
16.  Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnoe
17.  Refleks tonik neck lemah
18.  Refleks menghisap dan menelan belum sempurna
b)      Dismatur
Pre term : sama dengan bayi prematuritas murni
Post term :
1.      Kulit pucat/ bernoda, kering keriput, tipis
2.      Vernix caseosa tipis/ tidak ada
3.      Jaringan lemak di bawah kulit tipis
4.      Bayi nampak gesit, aktif dan kuat
5.      Tali pusat berwarna kuning kehijauan
B.     ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BBLR
             I.      Pengkajian
1.      Pemeriksaan Fisik
Apakah ada perubahan pada fisik bayi è berat badan bayi, apakah  defermitas.
2.      System pernafasan
Bentuk dada simetris atau tidak, otot-otot pernafasan è cuping hidung, retraksi intercostae, subclavicula, frekuensi pernafasan, bunyi nafas ada ronchi atau tidak.
3.      Sistem cardiovaskuler
Irama dan frekuensi denyut jantung, warna kulit : sianosis, pucat, tekanan darah.
4.      Sistem pencernaan
Tentukan apakah ada distensi abdominal, adakah regurgitasi, muntah : warana, bau, konsistensi, peristaltic.
5.      Sistem perkemihan
Jumlah, warna, abnormalitas genetalia.
6.      Sistem neuro muskuler
Gerakan tubuh, sikap/ posisi bayi è fleksi, extensi, reflek menghisap, tingkat respon, respon pupil.
7.      Sistem integument
Tekstur kulit, ada lesi/ rash, iritasi atau tidak.
          II.      Diagnosa keperawatan dengan implementasi
1)      Diagnosa I
Potensial terjadi hipotermi b/d tidak mampu mengontrol suhu tubuh d/d sedikitnya lemak didalam tubuh, area permukaan tubuh luas, kebutuhan metabolisme tinggi.
Tujuan :  Agar suhu tubuh bayi normal
Rencana :
-          Rawat bayi diruang isolasi
Rasional : suhu ruang isolasi lebih tinggi 2 dari suhu tubuh dan merupakan ruang yang netral bagi bayi.
-          Monitor temperature axila, observasi, catat dan laporkan perubahan suhu klien.
Rasional : memantau tingkat perkembangan bayi dalam mengelola suhu badannya.
-          Observasi distensi abdomen, perubahan warna pada dinding abdomen
Rasional : melihat sejauh mana bayi mengalami hipotermi karena bayi masih melakukan nafas perut.
2)      Diagnosa II
Potensial infeksi b/d imunitas tubuh rendah
Tujuan :  tidak terjadi infeksi/ infeksi dapat di kurangi
Rencana :
-          Kaji, perhatikan lokasi dan infeksi.
Rasional : menetukan pilihan tindakan yang dilakukan pada bayi.
-          Rawat luka bayi
Rasional : mencegah terjadinya komplikasi lenjut pada bayi.
-          Atur posisi bayi (terlentang)
Rasional : dengan posisi terlentang menghindarkan tekanan pada daerah infeksi.
3)      Diagnosa III
Pola nafas tidak efektif b/d perkembangan jaringan paru kurang baik d/d cairan surfaktan kurang, otot-otot pernafasan lemah.
Tujuan :  pola nafas teratur
Rencana :
-          Observasi  dan laporkan bila ada perubahan frekuensi pernafasan, retraksi pada dada, cuping hidung, ekspansi dada menurun atau tidak.
Rasional : melihat sejauh mana kesulitan bayi bernafas serta memudahkan dalam menentukan tindakan.
-          Pertahankan jalan nafas dalam keadaan bersih. (lakukan secsion).
Rasional : dengan seksion jalan nafas bayi menjadi bersih dan bayi dapat bernafas dengan baik.
4)      Diagnosa IV
Potensial perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d berat badan menurun d/d kurang mampu menghisap, volume lambung kecil, menurunnya motilitas gaster
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Rencana :
-          Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya.
Rasional : air susu ibu sangat baik untuk pertumbuhan bayi dan merupakan kebutuhan paling utama untuk bayi.
-          Berikan informasi tentang pentingnya asi untuk bayi.
Rasional : membantu memahami tujuan dari apa yang dilakukan dan mengurangi masalah karena ketidaktahuan klien tentang pentingnya/ manfaat asi untuk bayi.


ASUHAN KEPERAWATAN  PADA An ”S”
DENGAN DIAGNOSA MEDIS BBLR DI RUANG NICU
RUMAH SAKIT UMUM MATARAM
TANGGAL 14 MARET 2005


I.        PENGKAJIAN
A.    Identitas Data
Nama Klien      : An “S”                       Nama Ayah      :  S (30 th)
Umur                :  2 hari                          Nama Ibu         :  M (26 th)
Jenis Kelamin   :  Perempuan                 Pekerjaan Ayah  :  Swasta
Agama/Suku     :  Islam/Sasak                Pekerjaan Ibu   :  IRT
Pendidikan       :  -                                 Agama             :  Islam
Alamat              :  Langko, Duman         Pendidikan       :  SMA/SMP
                             Lingsar, Lobar           Alamat             : Langko, Duman
                                                                                          Lingsar, Lobar
B.     Keluhan Utama
Lahir dengan berat badan lahir rendah dan tidak langsung menangis.
C.    Riwayat Perjalanan Penyakit
Bayi lahir dengan Sectio cecaria di Rumah Sakit Umum Mataram tanggal 11 – 4 – 2005 jam 04.40 WITA dengan BB = 800 gram, TB = 32cm, LK=25 cm, anus +, serta apgar score 5-6, ibu APB (Placenta Previa) dan posisi bayi letak sungsang, pucat, tangis pelan, bayi prematur, napas tidak teratur, S = 36OC, DJJ = 124x/menit umur kehamilan 30-32 minggu. Dan sekarang dirawat di ruang NICU RSU Mataram dengan berat badan yang naik turun.
D.    Riwayat Penyakit Sebelumnya
Karena umur bayi baru 2 hari, maka tidak ada riwayat penyakit bayi yang pernah di alami sebelumnya.

  
E.     Riwayat  Kehamilan dan Kelahiran
1.      Prenatal (Hamil)
Selama kehamilan ibu klien tidak pernah menderita penyakit yang membahayakan atau mengganggu kehamilannya seperti hiperremis gravidarum, tetapi setelah Umur kehamilan 32 minggu ibu memeriksakan diri karena terjadi perdarahan pervagina yang dicurigai adanya plasenta previa sehingga ibu diindikasikan untuk menjalani operasi sectio cesaria.
2.      Natal (Lahir)
Umur kehamilan pada saat melahirkan 30-32 minggu pada tanggal 11/4/2005, ibu mengalami perdarahan pervagina, dan diindikasikan untuk menjalani SC, ibu langsung di bawa ke ruang Operasi jam 04.00 wita, dan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah. BB = 800 g, TB = 32 cm, LK = 23 cm, AS = 5-6.
3.      Postnatal
Setelah bayi lahir dilakukan pembersihan jalan napas, pemeriksaan apgar score dengan nilai 5-6, DJJ = 124 x/menit, suhu = 36 oC, bayi langsung dibawa ke ruang NICU dan langsung dilakukan pemanasan dan pemasangan oksigen, infuse dextrose 10 % 6 tetes/menit, dilakukan pemeriksaan fisik ditemukan anus +, rambut lebat dan terdapat banyak lanugo, pembentukan putting susu belum sempurna.

F.     Riwayat \Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang mengalami hal yang serupa dengan klien yaitu lahir dengan berat badan yang sangat rendah seperti yang dialami klien saat ini, dan dalam keluarga tidak ada anggota keluarga yang sedang menderita penyakit menurun serta menular lainnya seperti DM, Hypertensi, TBC dan lain-lain yang membuat keluarga sampai rawat inap.


G.    Riwayat tumbuh kembang.
1.      Pemeriksaan fisik
Pada saat pengkajian keadaan umum bayi lemah, berat badan bayi menurun menjadi 1000 gram yang mulanya 1300 gram, dengan panjang badan, panjang badan 32 cm, lemak dalam tubuh bayi sedikit.
2.      perkembangan.
-          Motorik kasar : aktifitas klien masih lemah dan bila dirangsang belum ada respon yang adekuat.
-          Motorik halus : belum dapat berfungsi secara optimal karena umur klien baru 2 hari.
-          Bahasa             : belum mampu berkomunikasi dengan baik secara langsung, bahasa bayi adalah menangis
-          Social              : interaksi dengan lingkungan terbatas.
H.    Psikologi keluarga
Ibu terlihat tenang dan menerima keadaan bayinya, seringkali ibu mengelus-elus bayinya dan menggendong bayinya memakai system kanguru dengan penuh rasa kasih sayang
I.       Pola kebiasaan sehari-hari
1.      Pola respirasi
Frekuensi pernapasannya 48x/menit, tidak didapat pernapasan cuping hidung dan tarikan dinding dada, terpasang oksigen 1 liter/menit.
2.      Nutrisi
Bayi belum dapat minum karena reflek menelan dan menghisap masih lemah, sementara untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi di penuhi melalui pemasangan sonde lambung 10 cc/2jam dan infuse KA – EN 1B 6 tetes/menit, dan juga dilakukan transfuse plasma yang terakhir dilakukan pada tanggal 28/4/2005 jam 09.00 Wita.
3.      Eliminasi
Abdomen tidak kembung, buang air besar dan kecil lancar. BAB kurang lebih 3 kali sehari berwarna hitam dan konsistensi lembek, dan BAK kurang lebih 10 kali/hari berwarna jernih.
4.      Aktifitas
Aktifitas masih lemah dan bila sedikit dirangsang dapat sedikit bergerak spontan
5.      Istirahat tidur
Jumlah tidur bayi sekitar 18-20 jam/hari selalu dalam keadaan tidur kecuali bayi dalam keadaan lapar atau kain popok basah oleh urine atau feses.
6.      Suhu tubuh
Suhu tubuh bayi pada saat pengkajian 36,9 oC
7.      Personal hygiene
Bayi dimandikan dengan diseka 1 kali sehari dan kebersihan bayi dibantu oleh perawat dan ibu, popok diganti setiap kali popok basah oleh urin dan feses.
J.      Pemeriksaan Fisik.
a.       Reflek moro                      :
b.      Reflek menggenggam       : lemah
c.       Refleks menghisap            : lemah
d.      Tonus otot/aktifitas           : lemah
e.       Kekuatan menangis           : lemah
f.       Kapala/leher
·         Fontanela anterior       : lebar
·         Lingkar kepala            : 25 cm
·         Gambaran wajah         : jelas
·         Leher                           : tidak ada kelainan (pembesaran kelenjar tiroid/distensi vena jugolaris)

K.    Terapi.
IVFD : KA-EN 1B
Sonde : 10 CC/ 2 jam (ASI/PASI)

II.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
a)      Analisa Data
NO
SYMPTOM
ETIOLOGI
PROBLEM
1.|
Ds : -
Do :
-  Sedikitnya lemak didalam tubuh bayi.
-  Area permukaan tubuh luas
Kebutuhan metabolisme tinggi
Tidak mampu mengontrol suhu tubuh
Potensial terjadi hipotermi
2.
Ds :       -
Do :      K/u lemah
  S : 36,50C N : 160 x/mnt RR = 48x/mnt
Imunitas tubuh rendah
Potensial terjadinya infeksi
3
Ds :       perawat ruangan mengatakan jika klien diberi ASI/PASI melalui sonde lebih dari 10cc/2jam maka klien terlihat biru
Do :      K/u lemah
-  Refleks menghisap dan menelan bayi masih lemah.
-  Berat badan bayi turun menjadi 1000 g, yang semulanya 1300 g
Terlihat adanya pemasangan sonde (10cc/2jam)
Refleks menelan dan menghisap yang masih lemah serta terdapatnya retensi (sisa pemberian sonde setelah 2 jam pemberian)
Potensial perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

b)     Diagnosa Keperawatan
1.      Potensial terjadi hipotermi b/d Tidak mampu mengontrol suhu tubuh  d/d  Sedikitnya lemak didalam tubuh bayi, area permukaan tubuh luas, kebutuhan metabolisme tinggi.
2.      Potensial terjadinya infeksi b/d Imunitas tubuh rendah d/d keadaan umum lemah,   S : 36,50C N : 160 x/mnt RR = 48x/mnt
3.      Potensial perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan  b/d Refleks menelan dan menghisap yang masih lemah serta terdapatnya retensi (sisa pemberian sonde setelah 2 jam pemberian). d/d perawat ruangan mengatakan jika klien diberi ASI/PASI melalui sonde lebih dari 10cc/2jam maka klien terlihat biru K/u lemah, refleks menghisap dan menelan bayi masih lemah, berat badan bayi turun menjadi 1000 g, yang semulanya 1300g, terlihat adanya pemasangan sonde (10cc/2jam)


III.  Rencana Keperawatan
a)      Prioritas Masalah
1)      Potensial terjadi hipotermi b/d Tidak mampu mengontrol suhu tubuh.
2)      Potensial terjadinya infeksi b/d Imunitas tubuh rendah
3)      Potensial perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan  b/d Refleks menelan, menghisap yang masih lemah serta terdapatnya retensi (sisa pemberian sonde setelah 2 jam pemberian)

b)     Rencana Keperawatan
No
Hr/tgl
Tujuan
Dx
Rencana Tindakan
Rasionalisasi
1





















2



















3
Senin
14-03-05




















Senin
14-03-05

















Senin
14-03-05
Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam diharapkan hipotermi tidak terjadi dengan kriteria :
-       Suhu tubuh masih dalam batas-batas normal 36-37oC












Setelah dilakukan tindakan selama 2 x 24 jam diharapkan  infeksi tidak terjadi dengan kriteria :
-    keadaa umum klien baik serta tanda-tanda vital dalam batas-batas normal.
-    Tidak terdapatnya tanda-tanda infeksi (demam, nyeri, kemerahan dan bengkak pada daerah tempat dilakukanya tindakan)

Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam di harapkan potensial perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi dengan criteria:
-
I





















II



















III
1)    Observasi vital sign setiap 8 jam atau lebih sering


2)    Monitor suhu incubator setiap 3 jam atau lebih sering.


3)    Anjurkan pada ibu agar kooperatif dalam perawatan bayinya.









1)    Monitor keadaan umum serta tanda-tanda vital klien
2)    Observasi ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi pada daerah-daerah bekas tempat dilakukannya tindakan.
3)    Jaga keadaan nutrisi klien.








1)       Anjurkan ibu untuk mengeluarkan ASInya untuk di berikan melalui sonde.
2)       Berikan bayi ASI yang telah di sediakan ibunya.
3)       Cek adanya residu
1)     Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum klien dan untuk mendeteksi kejadian hipotermi sedini mungkin

2)     Suhu incubator berperan penting dalam menjaga agar bayi tidak hipotermi.

3)     Ibu yang kooperatif sangat membantu dalam perawatan anaknya sehingga tujuan perawatan yang ingin dicapai dapat dicapai secara oprtimal.


1)     Keadaan umum dan pemeriksaan tanda-tanda vital sangat mendukung untuk mengetahui adanya infeksi secara dini.
2)     salah satu cara untuk mengetahui secara dini adanya infeksi adalah mengkaji adanya tanda-tanda infeksi.
3)     Nutrisi yang baik sangat berpengaruh dalam mencegah terjadinya infeksi




1)       Karena refleks hisap dan menelan bayi masih lemah maka salah satu cara pemberiannya yaitu melalui sonde.
2)       ASI merupakan makanan yang terbaik untuk bayi
3)       Menandakan bahwa tubuh sudah dapat menerima makanan dan diserap dengan baik.




IV.  Implementasi
Hari tgl,/Jam
Dx
Tindakan
Respon Hasil
Senin
2-5-05
09.30
12.00





10.00










Senin
2-5-05
10.30




11.00



12.00





Senin
2-5-05
08.30


09.00



12.00





Selasa.
3-5-05
21.00









05.00






Selasa
3-5-05
21.00








05.00







Selasa
3-5-05
21.00

23.00







01.00


03.00

05.00


07.00





Rabu
4-5-05
14.00
16.00






17.00







Rabu
4-5-05
14.00
15.00






16.00








Rabu
4-5-05
15.00

17.00







19.00

I



















II
















III

1)       Memonitor suhu incubator setiap 2 jam sekali atau lebih sering.

2)       Mengobservasi vital sign setiap 8 jam atau lebih sering meliputi :
Suhu  : -
RR     : -
DJJ    : -

3)       Menganjurkan pada ibu dan keluarga agar kooperatif dalam perawatan bayinya :
-          Setiap masuk ruang perawatan anjurkan ibu memakai baju pengunjung yang telah disediakan.
-          Melarang keluarga yang lain memasuki ruang perawatan


1)       Memonitor ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi pada daerah-daerah bekas tempat dilakukannya tindakan. Seperti :
Adanya kemerahan, bengkak ataupun rasa hangat dan rasa nyeri.
2)       Menjaga keadaan nutrisi klien.dengan selalu memberikan bayi ASI/PASI melalui sonde lambung
3)       Mengkaji keadaan umum serta tanda-tanda vital klien yang meliputi :
DJJ   :
Suhu :
RR    :


1)       Menganjurkan pada ibu untuk mengeluarkan ASInya untuk di berikan pada bayi melalui sonde dengan pemberian

2)       Mengecek adanya residu dan memberikan sonde 10 cc

3)       Memberikan sonde 10 cc dan sebelumnya mengecek adanya residu.




1)       Memonitor suhu incubator

2)       Menganjurkan pada ibu dan keluarga agar kooperatif dalam perawatan bayinya :
-          Setiap masuk ruang perawatan anjurkan ibu memakai baju pengunjung yang telah disediakan.
-          Melarang keluarga yang lain memasuki ruang perawatan
3)       Mengobservasi vital sign setiap 8 jam atau lebih sering meliputi :
Suhu  : -
RR     : -
DJJ    : -


1)       Mengobservasi ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi pada daerah-daerah bekas tempat dilakukannya tindakan. Seperti :
Adanya kemerahan, bengkak ataupun rasa hangat dan rasa nyeri.

2)       Menjaga keadaan nutrisi klien.dengan selalu memberikan bayi ASI/PASI melalui sonde setiap 2 jam sekali

3)       Mengkaji keadaan umum serta tanda-tanda vital klien yang meliputi :
DJJ   :
Suhu :
RR    :


1)       Menganjurkan pada ibu untuk mengeluarkan ASInya untuk di berikan pada bayi melalui sonde dengan pemberian 10 cc

2)       a)  Memberikan bayi ASI yang telah di sediakan ibunya dengan quantitas pemberian 10 cc/2 jam.
b) Mengecek adanya residu dengan memeriksa apakah ada sisa dalam lambung dari ASI/PASI yang diberikan 2 jam yang lalu.
3)       Mengecek retensi lambung lalu memberikan sonde ASI/PASI 10cc

4)       Mengecek retensi lambung lalu memberikan sonde ASI/PASI 10cc
5)       Mengecek retensi lambung lalu memberikan sonde ASI/PASI 10cc

6)       Mengecek retensi lambung lalu memberikan sonde ASI/PASI 10cc




1)       Memonitor suhu incubator

2)       Menganjurkan pada ibu dan keluarga agar kooperatif dalam perawatan bayinya :
-          Setiap masuk ruang perawatan anjurkan ibu memakai baju pengunjung yang telah disediakan.
-          Melarang keluarga yang lain memasuki ruang perawatan
3)       Mengobservasi vital sign setiap 8 jam atau lebih sering meliputi :
Suhu  : -
RR     : -
DJJ    : -


1)       Mengobservasi ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi pada daerah-daerah bekas tempat dilakukannya tindakan. Seperti :
Adanya kemerahan, bengkak ataupun rasa hangat dan rasa nyeri.

2)       Menjaga keadaan nutrisi klien.dengan selalu memberikan bayi ASI/PASI melalui sonde setiap 2 jam sekali

3)       Mengkaji keadaan umum serta tanda-tanda vital klien yang meliputi :
DJJ   :
Suhu :
RR    :


1)       Menganjurkan pada ibu untuk mengeluarkan ASInya untuk di berikan pada bayi melalui sonde dengan pemberian 10 cc

2)        a) Memberikan bayi ASI yang telah di sediakan ibunya dengan quantitas pemberian 10 cc/2 jam.
b) Mengecek adanya residu dengan memeriksa apakah ada sisa dalam lambung dari ASI/PASI yang diberikan 2 jam yang lalu.
3)       Mengecek retensi lambung dengan menarik cairan lambung lalu memberikan sonde ASI/PASI 10cc

1)       Incubator dalam keadaan hidup dengan suhu berkisar antara 37-38 OC
2)       Dari hasil observasi didapatkan nilai-nilai vital sign sebagai berikut :
DJJ : 160 x/menit
Suhu : 36,9 OC
RR : 48 x/menit.
3)       Ibu dan keluarga tampak kooperatif dalam perawatan bayinya terlihat setiap ibu dan keluarga yang masuk memakai baju pengunjung yang telah disediakan di dekat pintu bagian dalam sebelah kiri.



1)       Tidak ada tanda-tanda infeksi yang ditemukan pada saat pengkajian.

2)       Sonde telah diberikan 10 cc dalam 2 jam



3)       Dari hasil observasi didapatkan nilai-nilai vital sign sebagai berikut :
DJJ : 160 x/menit
Suhu : 36,9 OC
        RR : 48 x/menit


1)       Ibu dapat mengeluarkan ASInya sebanyak 20 cc



2)       Terdapat residu 2 cc dan bayi tidak muntah setelah diberikan sonde ASI

3)       Terdapat residu 2 cc dan bayi tidak muntah setelah diberikan sonde ASI



1)       Incubator dalam keadaan hidup dengan suhu berkisar antara 37-38 OC
2)       Ibu dan keluarga tampak kooperatif dalam perawatan bayinya terlihat setiap ibu dan keluarga yang masuk memakai baju pengunjung yang telah disediakan di dekat pintu bagian dalam sebelah kiri.
3)       Dari hasil observasi didapatkan nilai-nilai vital sign sebagai berikut :
DJJ : 160 x/menit
Suhu : 36,9 OC
RR : 48 x/menit.

1)       Tidak ada tanda-tanda infeksi yang ditemukan pada saat pengkajian.

2)       Sonde telah diberikan 10 cc dalam 2 jam

3)       Dari hasil observasi didapatkan nilai-nilai vital sign sebagai berikut :
DJJ : 160 x/menit
Suhu : 36,9 OC
RR : 48 x/menit






1)       Ibu dapat mengeluarkan ASInya sebanyak 20 cc dan diberikan 10 cc, retensi 1,5 cc


2)       a) Masih terdapat residu sebanyak 1,5 cc

b)  ASI yang diberikan dapat masuk semua dengan jumlah 10 cc


3)       Retensi sebanyak 1,5 cc dan bayi tidak muntah setelah pemberian sonde 10 cc
4)       Retensi sebanyak 1,5 cc dan bayi tidak muntah setelah pemberian sonde 10 cc
5)       Retensi sebanyak 1,5 cc dan bayi tidak muntah setelah pemberian sonde 10 cc
6)       Retensi sebanyak 1,5 cc dan bayi tidak muntah setelah pemberian sonde 10 cc

1)       Incubator dalam keadaan hidup dengan suhu berkisar antara 37-38 OC
2)       Ibu dan keluarga tampak kooperatif dalam perawatan bayinya terlihat setiap ibu dan keluarga yang masuk memakai baju pengunjung yang telah disediakan di dekat pintu bagian dalam sebelah kiri.
3)       Dari hasil observasi didapatkan nilai-nilai vital sign sebagai berikut :
DJJ : 138 x/menit
Suhu : 36,8 OC
RR : 44 x/menit.

1)       Tidak ada tanda-tanda infeksi yang ditemukan pada saat pengkajian.

2)       Sonde telah diberikan 10 cc dalam 2 jam

3)       Dari hasil observasi didapatkan nilai-nilai vital sign sebagai berikut :
DJJ : 138 x/menit
Suhu : 36,8 OC
RR : 44 x/menit






1)       Ibu dapat mengeluarkan ASInya sebanyak 20 cc dan diberikan 10 cc, retensi 1,5 cc


2)       a) Masih terdapat residu sebanyak 1 cc


b)  ASI yang diberikan dapat masuk semua dengan jumlah 10 cc


3)       Retensi sebanyak 1 cc dan bayi tidak muntah setelah pemberian sonde 10 cc


V.     Evaluasi
No
Hari/Tgl/Jam
Dx
Catatan Perkembangan
1.








2.








3.
Kamis
6-05-05
09.00







Kamis
6-05-05
09.00







Kamis
6-05-05
09.00

I








II








III
S    :   -
O   :   S=36,8 DJJ=138 x/mnt RR=44x/mnt
       Suhu incubator berkisar pada suhu 37-38 OC
A   :   Resiko hipertermi dapat dicegah
P    :   Intervensi dilanjutkan
I : à     Memonitor suhu incubator setiap 2 jam atau lebih
    Menganjurkan pada ibu dan keluarga untuk kooperatif dalam perawatan anak
    Mengobservasi tanda-tanda vital

S    :   -
O   :  S=36,8 DJJ=138 x/mnt RR=44x/mnt
       Tidak ada tanda-tanda akan terjadi infeksi
       Sonde dapat diberikan 10 cc dan bayi tidak muntah
A   :   Resiko tinggi infeksi dapat dicegah
P    :   Intervensi dilanjutkan
I : à   Mengkaji apakah ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi
   Mempertahankan status nutrisi bayi
   Mengobservasi tanda-tanda vital

S    :   -
O   : - Ibu dapat mengeluarkan ASInya sebanyak 20cc, diberikan pada bayi sebanyak 10cc dan bayi tidak muntah
      - 2 jam selanjutnya di temukan retensi sebanyak 1cc, kemudian diberikan ASI sebanyak 10 cc dan bayi tidak muntah
A   :   Resiko tinggi perubahan nutrisi dapat dicegah
P    : Intervensi dilanjutkan
I   : à    Menganjurkan pada ibu untuk mengeluarkan ASInya
    Memberikan pada bayi ASI yang telah disediakan ibunya
    Mengecek jumlah residu